SETIAP MANUSIA PUNYA KELEBIHANDebu-debu terminal ditingkahi terik matahari dan deru mesin kendaraan siang itu berhasil membungkam mulutku dan teman-teman yang biasanya tak pernah absen mengeluarkan suara. Bertepatan dengan jam kepulangan siswa-siswa siang itu, terus terang penantian itu menghadirkan rasa bosan. Haus, panas, lelah dan sederet keluh lainnya dilantunkan oleh hati diam-diam, mungkin juga oleh empat orang temanku itu, sepertinya mereka juga sibuk dengan suara hati masing-masing. Hampir empat puluh lima menit penantian ini berlangsung, bus kota yang datang secepat kilat penuh. Bagaikan kawanan lebah, calon penumpang langsung menyerbu ketika bus yang ditunggunya datang. Aku dan teman-teman seperti kehilangan energi untuk mengikuti langkah mereka.

Tiba-tiba ada yang tersenyum padaku dari kejauhan, satu blok dari tempatku duduk. Ups! Bukan kepadaku ... tapi pada gadis yang berdiri di sampingku. Dia bukan saja tersenyum sobat! Pemandangan itu begitu memukau ... mereka sedang asyik bercerita dan bercanda. Subhaanallaah, begitu sempurna kebesaran-Mu Allah. Canda dua orang gadis tuna rungu itu tidak terpengaruh sedikitpun oleh deru mesin yang sungguh tidak bersahabat. Walaupun aku tidak mengerti bahasa isyarat tapi aku bisa mengetahui kalau mereka sedang berbagi cerita yang indah. Bisa dilihat dari ekspresi wajahnya yang seringkali tertawa.

Pikiranku menerawang, secuplik renungan hadir ... Begitu adilnya Allah, disaat aku dan teman-teman gusar tidak bisa bicara karena kalah bersaing dengan deru mesin disaat itu pula Allah memperlihatkan keindahan ciptaan-Nya, dua orang gadis tuna rungu itu tidak terganggu sama sekali! Mungkin saja karena keterbatasannya, mereka tidak pernah “ngegosip” karena memang mereka tidak bisa mendengarkan percakapan orang-orang normal seperti diriku yang kerap “ngomongin” orang sadar atau tidak. Pastinya, telinga mereka tidak pernah tersentuh oleh musik-musik maksiat atau kata-kata kotor dari corong televisi yang sering singgah di pendengaranku.

Ya Allah, alangkah bijak-Nya Engkau menegur hambamu ini. Aku malu… masih ada sederet keluh kesah lagi yang bersarang di hatiku dan Engkau Maha Tahu waktu yang tepat untuk mengingatkanku. Ampuni hamba ya Allah. Segala keterbatasanku mengharapkan ke-Maha Sempurnaan-Mu. Muliakan mereka dengan keberadaannya. Aamiin.

Semoga setiap kejadian bisa membawa hikmah kepada kita semua. Allah sangat menyayangi kita dan kasih sayang itu bisa berwujud apa saja, tergantung kegigihan kita untuk mengakuinya. Wallaahu a’alam.

farah_adibah@yahoo.com

Sumber: eramuslim.com - Publikasi 28/07/2003 14:11 WIB

No comments: